Detail Berita

Beranda / Berita / Detail Berita

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)  PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE

Selasa, 20 Juli 2021 14:50 WIB 0 Komentar 104

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL

PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE

 

Oleh :

Gita Firanti Gauzya,S.Pd.

SMA NEGERI 1 Aralle

 

Abstrak

 

Gita Firanti Gauzya, 2021. Peningkatan Hasil Belajar Geografi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Geografi Siswa Kelas XI Di SMAN 1 Aralle, semester 2 tahun ajaran 2020/2021, sebanyak 35 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.  Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dilaksanakan selama enam kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi atau pengamatan indrawi pada saat siswa melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran serta pemberian tes. Dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) kelas XI IPS SMA Negeri 1 Aralle adalah 78 untuk mata pelajaran geografi. (1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami perubahan, pada siklus I 46 persen dengan kategori kurang aktif mengalami perubahan aktivitas belajar siswa pada siklus II 54,5 persen dengan kategori aktif. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap dari siklus I ke siklus II. (2) Secara kuantitatif, nilai rata-rata hasil belajar geografi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning pada siklus I 72,42 termasuk kategori sedang dan siklus II 84,42 termasuk kategori tinggi, dengan persentase peningkatan 12 persen. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut disimpulkan bahwa penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar geografi peserta didik di SMAN 1 Aralle

Kata kunci: Problem Based Learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.

 



 

PENDAHULUAN

Sugiyono (2014), menyatakan Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. 

Perbaikan kegiatan pembelajaran harus diupayakan secara optimal agar mutu pendidikan dapat meningkat. Hal ini dilakukan karena majunya ilmu pengetahuan dan teknologi berimplikasi pada cakrawala manusia terdidik untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman. Sardiaman (dalam Made, 2008) mengatakan, keberhasilan peningkatan mutu pendidikan, bergantung dari berbagai faktor, antara lain siswa itu sendiri, materi pelajaran, guru dan orang tua, strategi kegiatan pembelajaran yang disediakan oleh guru paling tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkannya.

Dalam menyiapkan materi pelajaran sampai pada pelaksanaannya, guru harus selektif menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan. Model pembelajaran yang perlu dikembangkan yang sesuai dengan materi yang diajarkan harus benar-benar melibatkan siswa dan memancing kreativitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

Salah satu masalah yang sering timbul dalam proses kegiatan pembelajaran adalah kurangnya hubungan yang komunikatif antara guru dan siswa, dan antara siswa lainnya, sehingga proses interaksi vakum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran geografi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir, aktif dan kreatif.

Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dari segi guru adalah dengan mengubah model pembelajarannya. Sehingga salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah problem based learning (PBL). Menurut Arends (2008), problem based learning merupakan pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Sebagai tambahan, dalam problem based learning peran guru adalah menyodorkan berbagai masalah autentik sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Setelah masalah diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan masalah, dari masalah-masalah tersebut kemudian dipecahkan secara bersama-sama dengan didiskusikan. Saat pemecahan masalah tersebut akan terjadi pertukaran informasi tidak hanya dari guru akan tetapi dapat dari berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan permasalahan sehingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan pencapaian kompetensi.

 

METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class  Action Research), yaitu proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Tahap-tahap pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) yang dirangkai dalam satu siklus kegiatan (Sanjaya, 2011). 

  1. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini di SMA NEGERI 1 ARALLE Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 pada bulan Januari sampai Maret yang pelaksanaannya dilakukan sebanyak 2 siklus.

  1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Aralle, terdiri dari 4 kelas sampel ditentukan secara random.

  1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 

  1. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan tiga kali pertemuan. Prosedur kegiatan meliputi perencanaan (planning), melaksanakan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

  1. Teknik Pengumpulan Data

   Pengumpulan data didasarkan pada suatu metode atau prosedur agar data yang diinginkan dapat dikumpulkan secara lengkap dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan indrawi. Dengan kata lain pengamatan ini dilakukan pada saat siswa sedang melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning.

  1. Tes

Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif berupa hasil tes yang diberikan kepada siswa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berlangsung sebagaimana yang direncanakan setelah.

  1. Dokumentasi 

Dokumentasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data berupa catatan peristiwa yang sudah baik berbentuk tulisan, gambar, atau data-data dan data visualisasi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk setiap komponen instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dapat diukur dengan melihat lembar observasi. Hasil observasi akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik penilaian. 

  1. Hasil Belajar Siswa

Analisis data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar geografi menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dari hasil persentase ketuntasan belajar secara perorangan dan nilai persentase peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2008) bahwa skor standar umum yang digunakan adalah skala lima sebagai berikut.

Tabel 3.1 Pengkategorian Tingkat Hasil Belajar

INTERVAL NILAI

KUALIFIKASI

0-59

Sangat kurang

60-69

Kurang

70-79

Cukup

80-89

Baik

90-100

Sangat baik

Sumber: Depdiknas (2008)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar geografi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) yang dilihat dari peningkatan aktivitas dan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar, dan ketuntasan klasikal. Peningkatan aktivitas belajar memberikan kontribusi positif dalam peningkatan hasil belajar.


 

Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Minimal

Nilai

Kriteria

<78

Tidak Tuntas

>78

Tuntas

Sumber: SMAN 1 Aralle

 

HASIL PENELITIAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar siswa dan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data perubahan aktivitas siswa berupa lembar observasi. Hasil penelitian yang diperoleh melalui tes hasil belajar menunjukan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning dengan pemberian diskusi pada siklus I dan siklus II. 

  1. Hasil penelitian pada siklus II (tiga pertemuan)

Siklus I dilaksanakan tes hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan, tes evaluasi siklus I berbentuk soal pilihan ganda 20 nomor. Berikut nilai hasil belajar siklus I yang diberikan pada siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE dengan materi ajar resiko pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 1 Distribusi Nilai Hasil Belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada Siklus I

No

Data Penelitian

Nilai 

Statistik

1. 

Subjek

35

2

Skor Ideal

100

3

Nilai terendah

60

4

Nilai tertinggi

95

5

Rentang Skor

35

6

Rata-rata Skor

72,42

Sumber: Hasil Olahan Data, 2021

Tabel 4. 1  diperlihatkan bahwa rata-rata hasil belajar geografi siswa pada siklus I dengan materi ajar resiko pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup dengan penerapan model pembelajaran problem based learning adalah 72,42 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh siswa. Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor terendah 60 sampai dengan skor tertinggi 95 dengan rentang skor yang diperoleh 35. Nilai rentang skor yang diperoleh besar, maka tingkat keragaman data besar pula, ini mengakibatkan nilai-nilai yang diperoleh siswa saling berjauhan. Jika skor hasil belajar geografi siswa dikelompok ke dalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase kategori Hasil Belajar pada Siklus I

No

Skor

Kategori

f

%

1

0-59

Sangat Kurang

0

0

2

60-69

Kurang

12

32,28

3

70-79

Cukup

12

32,28

4

80-89

Baik

7

20

5

90-100

Sangat Baik

4

11,42

Total

35

100

Sumber: Hasil Olahan Data, 2021

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 35 siswa skor hasil belajar geografi cukup bervariasi. Jika skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,42 dikonversikan ke dalam lima kategori diatas, maka skor rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada siklus I dengan kategori “cukup”.

Selanjutnya hasil belajar geografi siswa pada siklus I dianalisis maka persentase ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa Kelas XI  IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada Siklus I

 

KKM

Kategori

f

%

<78

Tidak Tuntas

24

68,57

≥78

Tuntas

11

31,42

Sumber: Hasil Olahan Data, 2021

Tabel 4.3  diatas menunjukkan bahwa  24 siswa atau 68,57  persen dari 35 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas karena belum mencapai nilai KKM dan terdapat 11 siswa atau 31,42 persen yang termasuk dalam kategori tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 68,57 persen siswa yang memerlukan perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual dan akan diusahakan pada pembelajaran selanjutnya di siklus II.

  1. Aktivitas Siswa Siklus I

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada lembar observasi aktivitas belajar  siswa pada setiap pertemuan yang diamati dan diisi oleh guru mata pelajaran geografi selaku observer pada saat proses pembelajaran berlangsung dikelas yang dapat dilihat pada lampiran.

Kegiatan pada siklus I dua kali pertemuan dimana pada pertemuan 1 semua siswa hadir dan pertemuan 2 semua siswa juga hadir dengan total siswa sebanyak 35 orang dengan persentase aktivitas siswa yang terlaksana berdasarkan komponen yang diamati, terlihat bahwa siswa antusias saat fenomena awal disajikan pertemuan satu 26 persen dan pertemuan dua 46 persen, siswa mengajukan pertanyaan saat fenomena awal disajikan  pertemuan satu 17 persen dan pertemuan dua 20 persen, siswa menjawab pertanyaan guru pertemuan satu 14 persen dan pertemuan dua 23 persen, siswa mencari teman kelompoknya pertemuan satu 54 persen dan pertemuan dua 86 pesen, siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan pertemuan satu 54 persen dan pertemuan dua 66 pesen, siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya pertemuan satu 57 persen dan pertemuan dua 63 persen, siswa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang diamati pertemuan satu 34 persen dan pertemuan dua 57 persen, siswa mencari bahan materi baik dari buku maupun dari internet pertemuan satu 51 persen dan pertemuan dua 54 persen, kelompok persentase menyajikan hasil diskusinya ke kelompok lainnya pertemuan satu 17 persen dan pertemuan dua 17 persen, kelompok persentase mampu menjawab pertanyaan teman pertemuan satu 14 persen dan pertemuan dua 17 persen, siswa aktif bertanya pertemuan satu 17 persen dan pertemuan dua 23 persen, siswa mengancungkan tangan saat bertanya dan berpendapat pertemuan satu 46 persen dan pertemuan dua 46 persen, siswa menghargai pendapat temannya pertemuan satu 71 persen dan pertemuan dua 86 persen, siswa aktif menanggapi presentase temannya pertemuan satu 31 pesen dan pertemuan dua 31 persen, siswa memusatkan perhatian pada diskusi pertemuan satu 80 persen dan pertemuan dua 86 persen, siswa memusatkan perhatian pada persentase pertemuan satu 86 persen dan pertemuan dua 91 persen, siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas pertemuan satu 9 persen dan pertemuan dua 17 persen, siswa mampu menjawab pertanyaan guru pertemuan satu 14 persen dan pertemuan dua 26 persen, siswa mengemukakan masalah baru pertemuan satu 14 persen dan pertemuan dua 31 persen, dan siswa yang mengerjakan LKS dengan tenang pertemuan satu dan pertemuan dua 100 persen. Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang melakukan aktivitas pada siklus I jika dirata-ratakan dengan persentase 46 persen dan berada pada kategori kurang aktif. Terlihat perubahan aktivitas siswa dari pertemuan I ke pertemuan II dalam proses pembelajaran dan masih perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.

  1. Refleksi Siklus I

Dari hasil pelaksanaan dan analisis data, selanjutnya diadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan dalam kegiatan siswa, namun terdapatnya beberapa masalah dalam proses pembelajaran berlangsung. Pada saat pembentukan kelompok siswa cenderung ribut, dalam diskusi kelompok banyak siswa yang kurang aktif dan melakukan aktivitas lain pada saat proses diskusi berlangsung, yang berperan hanya beberapa siswa dalam setiap kelompok, dan pada saat presentasi hasil diskusi yang berperan hanya kelompok diskusi penyaji. Dalam proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengkonstruksi masih kurang. Hal ini terlihat dari siswa yang cenderung menerima, tidak memecahkan masalah secara diskusi dalam kelompok.

Hasil pengamatan dari lembar observasi pada siklus I menunjukkan dalam proses belajar aktivitas siswa masih kurang. Pembelajaran kelompok siswa masih kurang aktif dalam mengerjakan tugas kelompok sehingga pada saat diskusi berlangsung siswa kurang fokus dan kurang aktif dalam menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji. Pada saat akhir pelajaran siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu tapi masih ada yang saling bekerjasama, namun setelah pertemuan ke II menunjukkan kemajuan. Demikian pula dengan penerapan model pembelajaran problem based learning, pada materi awal pertemuan belum menunjukkan kerjasama yang baik sesama anggota kelompok. Pertemuan selanjutnya telah mengalami peningkatan meskipun belum maksimal dan masih perlu banyak perbaikan.

Setiap akhir pembelajaran pada tiap pertemuan diberikan refleksi terhadap materi yaitu memberikan kesimpulan pada setiap materi pada pertemuan tersebut. Hal ini menunjukkan hanya beberapa siswa yang berani memberikan kesimpulan. Pada akhir siklus I yakni pertemuan ke 3 dilaksanakan ujian akhir siklus I siswa menunjukkan kesiapan dalam ujian meskipun masih ada yang saling bekerjasama. 

  1. Hasil penelitian pada siklus II (tiga pertemuan) 

Pelaksanaan tindakan dalam siklus II ini adalah pengulangan langkah kerja pada siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. Kegiatan-kegiatan dalam siklus ini diulangi secara bertahap yang mungkin terjadi, tiap siklus tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya, dengan rincian pertemuan 4 dan 5 pemberian materi dan pertemuan 6 evaluasi akhir siklus II.

  1. Hasil belajar siklus II

Hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada materi ajar pembangunan berkelanjutan dan tindakan-tindakan pelestarian lingkungan hidup dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning pada siklus II merupakan pengulangan dari siklus I baik dari segi perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi sesuai keadaan yang ditemukan pada siklus I. Hasil permasalahan yang belum tuntas pada siklus I diselesaikan pada siklus II dengan materi yang baru yang belum diajarkan dengan menambahkan media yang lebih detail. Berikut tabel distribusi nilai hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran problem based learning.

Tabel 4. 4 Distribusi nilai Hasil Belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada Siklus II

No

Data Penelitian

Nilai Statistik

1

Subjek

35

2

Skor Ideal

100

3

Nilai terendah

80

4

Nilai tertinggi

95

5

Rentang Skor

15

6

Rata-rata Skor

84,42

Sumber: Hasil Olahan Data, 2021

Tabel 4. 4 terdapat 35 subjek dengan rata-rata hasil belajar geografi siswa pada siklus II pada materi Pembangunan Berkelanjutan dan Tindakan-Tindakan Pelestarian Lingkungan Hidup dengan penerapan model pembelajaran problem based learning adalah 84,42 dengan nilai yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor terendah 80 sampai dengan skor tertinggi 95 dengan rentang skor yang diperoleh 15. 

Berikut distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar pada siklus II.

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase kategori Hasil Belajar pada Siklus II

No

Skor

Kategori

f

%

1

0-59

Sangat Kurang

0

0

2

60-69

Kurang

0

0

3

70-79

Cukup

0

0

4

80-89

Baik

25

71,42

5

90-100

Sangat Baik

10

28,57

Total

35

100

Sumber: Hasil olahan Data, 2021

Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 35 siswa nilai hasil belajar geografi hampir sama. Jika nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 84,42 dikonversikan ke dalam lima kategori diatas, maka nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLE pada siklus II dalam kategori “tinggi”. Selanjutnya nilai hasil belajar geografi siswa pada siklus II dianalisis maka persentase ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Persentase Ketuntasan klasikal Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA NEGERI 1 ARALLEpada Siklus II

KKM

Kategori

f

%

<78

Tidak Tuntas

0

0

≥78

Tuntas

35

100

Sumber: Hasil olahan Data, 2021

Tabel 4.6 menunjukkan 35 siswa termasuk dalam kategori dengan persentase 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang mengalami perubahan dengan ketuntasan 100 persen siswa yang tuntas secara klasikal dan menunjukan terdapat perbaikan dalam menyerap materi yang diajarkan melalui penerapan model pembelajaran  problem based learning, sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

Gambar 4.3 diagram peningkatan hasil belajar

Gambar 4.3 menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata pada siklus I 72,42 dan pada siklus II yakni 84,42 dengan persentase peningkatan 12 persen.

  1. Aktivitas siswa siklus II

Selama penelitian berlangsung, terjadi perubahan sikap dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada setiap siswa terhadap pelajaran geografi. Perubahan tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa yang diisi oleh guru mata pelajaran geografi selaku observer pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus pada lembar observasi tersebut. Untuk mengetahui perubahan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas.

Kegiatan pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran problem based learning materi pembangunan berkelanjutan dan tindakan-tindakan pelestarian lingkungan hidup dua kali pertemuan, yang sebelumnya telah mengalami peningkatan aktivitas dari siklus I. Menunjukkan bahwa kegiatan pada siklus II dua kali pertemuan pada pertemuan keempat dan lima semua siswa hadir berjumlah 35 orang dengan persentase aktivitas siswa yang terlaksana berdasarkan komponen yang diamati, terlihat bahwa siswa antusias saat fenomena awal disajikan pertemuan empat 86 persen dan pertemuan lima 88 persen, siswa mengajukan pertanyaan saat fenomena awal disajikan  pertemuan empat 28 persen dan pertemuan lima 31 persen, siswa menjawab pertanyaan guru pertemuan empat  dan lima 31 persen, siswa mencari teman kelompoknya pertemuan empat 86 persen dan pertemuan lima 88 persen, siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan pertemuan empat 86 persen dan pertemuan lima 91 persen, siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya pertemuan empat 71 persen dan pertemuan lima 77 persen, siswa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang diamati pertemuan empat 34 persen dan pertemuan lima 37 persen, siswa mencari bahan materi baik dari buku maupun dari internet pertemuan empat dan pertemuan lima 86 persen, kelompok presentasi menyajikan hasil diskusinya ke kelompok lainnya pertemuan empat  dan lima 17 persen, kelompok persentase mampu menjawab pertanyaan teman pertemuan empat 14 persen dan pertemuan lima 17 persen, siswa aktif bertanya pertemuan empat 23 persen dan pertemuan lima 26 persen, siswa mengancungkan tangan saat bertanya dan berpendapat pertemuan empat 16 persen dan pertemuan lima 46 persen, siswa menghargai pendapat temannya pertemuan empat 86 persen dan pertemuan lima 91 persen, siswa aktif menanggapi presentasi pertemuan empatdan lima 31 persen, siswa memusatkan perhatian pada diskusi pertemuan empat 86 persen dan pertemuan lima 88 persen, siswa memusatkan perhatian pada presentasi pertemuan empat dan pertemuan lima 97 persen, siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas pertemuan empat 14 persen dan pertemuan lima 17 persen, siswa mampu menjawab pertanyaan guru pertemuan empat 26 persen dan pertemuan lima 31 persen, siswa mengemukakan masalah baru pertemuan empat 14 persen dan pertemuan lima 31 persen, dan siswa yang mengerjakan LKS dengan tenang pertemuan empat dan pertemuan lima 100 persen. Dari tabel  tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang melakukan aktivitas pada siklus II jika dirata-ratakan dengan persentase aktivitas 54,5 persen berada pada kategori aktif.

Gambar 4.4 memperlihatkan diagram peningkatan aktivitas belajar geografi siswa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning pada tiap siklus. Kategori aktivitas siswa pada siklus I termasuk dalam kategori kurang aktif mengalami perubahan sikap pada siklus II dengan kategori aktif.

Gambar 4.4 Diagram peningkatan aktivitas belajar siswa

  1. Refleksi siklus II

Berdasarkan refleksi yang telah dilaksanakan pada siklus I maka telah dilakukan upaya perbaikan pada pelaksanaan siklus ini. Pada siklus II  aktivitas siswa dalam berdiskusi cukup meningkat terlihat ketika siswa mencari anggota kelompoknya, siswa terlibat aktif bekerja sama baik dengan kelompoknya, terlibat dalam tanya jawab pada saat diskusi, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru, lebih aktif berdiskusi dengan teman kelompok, mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain pada saat mempresentasikan karya  di depan kelas, sebagian besar siswa memusatkan perhatian pada saat diskusi dan mampu menyimpulkan materi yang dibahas serta dapat menyelesaikan  tugas lembar kerja siswa (LKS) dengan baik. 

Pada siklus ini terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa. Selain itu selama aktivitas dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan yakni siswa cukup tertib karena kurangnya siswa yang ribut dan tidak ada lagi siswa yang meninggalkan kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Ditinjau dari kemampuan siswa dalam merekonstruksi sudah semakin meningkat yaitu kecenderungan siswa untuk memecahkan sendiri masalah dan merekonstruksi pengetahuan di benak siswa bukan sekadar menerima. Demikian pula halnya dengan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) menunjukkan perubahan yang positif. 

Pada akhir pembelajaran siswa masih tetap semangat dalam membuat kesimpulan dan hanya sesekali saja peneliti membantu dalam hal ini adalah guru. Ini membuktikan bahwa siswa sudah mampu menyerap materi yang diajarkan. Pada akhir siklus ini dilaksanakan ujian siklus II siswa menunjukkan kesiapan dalam ujian. Hal ini terlihat ketika soal-soal dibagikan siswa cukup tenang dan mengerjakan dengan penuh semangat. Selain itu kegiatan mencontek pekerjaan teman sudah mulai berkurang karena diberikan penegasan kepada siswa serta lebih memperketat pengawasan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran geografi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning juga turut mempengaruhi peningkatan hasil belajar geografi.

 

PEMBAHASAN

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar geografi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning pada materi resiko lingkungan hidup dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup yaitu pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72,42 dari nilai rata-rata yang mungkin tercapai yaitu 100. Siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara klasikal pada Siklus I 31,42 persen. Dari segi ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I ini menunjukkan belum tuntas dikarenakan masih ada 68,57 persen siswa yang belum memperoleh nilai yang diharapkan sesuai KKM  geografi yang diterapkan di SMA Negeri 2 Luwu Utara.

Hasil belajar geografi pada materi ajar pembangunan berkelanjutan dan tindakan-tindakan pelestarian lingkungan hidup  pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning diperoleh nilai rata-rata sebesar 84,42 dari siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara klasikal 100 persen.Terjadi peningkatan dari nilai rata-rata hasil belajar siswa, selain dalam peningkatan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus, peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran mengalami perubahan yang tidak lepas dari motivasi dan perhatian siswa, menunjukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya (tabel 4.5). Aktivitas siswa untuk siklus I adalah 46 persen dengan kategori kurang aktif mengalami perubahan sikap pada siklus II adalah 54,5 persen termasuk kategori aktif (tabel 4.9). Perubahan tersebut merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada tiap siklus yang dicatat oleh observer.

Berdasarkan hasil analisis kualitatif dari lembar observasi aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran dan banyak yang melakukan aktivitas lain, tidak terlibat dalam kerja kelompok, kurang aktif menjawab dan mengajukan pertanyaan dengan persentase keaktifan dengan kategori kurang aktif mengalami perubahan sikap pada siklus II dengan kategori aktif, peningkatan ini terlihat ketika siswa terlibat aktif diskusi, bekerjasama baik dengan kelompoknya, terlibat dalam tanya jawab pada saat diskusi, serta mampu menyimpulkan materi yang dibahas. Ini menunjukan bahwa model pembelajaran problem based learning memberikan dampak positif karena mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas dalam proses pembelajaran berlangsung.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian di SMA NEGERI 1 ARALLE maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Nilai rata-rata hasil belajar geografi dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning pada siklus I 72,42 termasuk kategori sedang dan siklus II 84,42 termasuk kategori tinggi, dengan persentase peningkatan 12 persen.
  2. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami perubahan, pada siklus I 46 persen dengan kategori kurang aktif mengalami perubahan aktivitas belajar siswa pada siklus II 54,5 persen dengan kategori aktif. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap dari siklus I ke siklus II.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Rahmaniar. 2006. Model pembelajaran Kooperatif. Rajawali Press. Jakarta.

Amirullah. 2009. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Kurikulum 2006. Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. Jakarta.

Arends, Richard. I. 2008. Belajar Untuk Mengajar. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Arfa. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)   Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Lembang. UNM. Makassar.

Depdiknas. 2008. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 

Made. 2008. Penerapan Model pembelajaran Geografi Terhadap Siswa SMAN 1   

Kalena Kanan Luwu Timur. UNM Makassar.

Muklis, dkk. 2005. Pengembangan Life Skill Mahasiswa Melalui Pembelajaran Mata Kuliah Ekonomi Mikro Menengah Dengan Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Laporan Hasil Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya Dalam KBK. UM Press. Malang.

Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action           

Research) Panduan Teoritis dan Praktis. Alfabeta. Bandung

Prasad, Abd. Hanafie. 2011. Media Pembelajaran Geografi. UNM: Makassar.

Rusman. 2012. Model-model pembelajaran mengembangkan profesional guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana. Jakarta.

Sudjana, Nana.  2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. 

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Tika, Pabundu, dkk. 2007. Pengetahuan sosial Geografi 2 SMA/MA. Bumi Aksara. Bandung.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Wulandari. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC Di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi.

Zabit, M. N. M. 2010. Problem Based Learning On Students’ critical Thinking      Skills in Teaching Business Education In Malaysia: A Literature Review. American Journal Of Business Education.


 


Bagikan ke:

Apa Reaksi Anda?

0


Komentar (0)

Tambah Komentar

Agenda Terbaru
Prestasi Terbaru